China menjadi ‘raja’ pada industri mobil listrik (electronic vehicle/EV)

China menjadi ‘raja’ pada industri mobil listrik (electronic vehicle/EV)

China – Ketika China menjadi ‘raja’ pada industri mobil listrik (electronic vehicle/EV), kita menaruh curiga bahwa sebenarnya ada industri yg lebih besar yg sedang disiapkan dan bersiap mengagetkan pasar industri teknologi lainnya, yaitu industri pesawat terbang. Dan, betul. China telah memproduksi pesawat terbang sendiri: C-919 hasil besutan perusahaan produsen pesawat terbang The Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) yg pada hari Kamis (2/5) kemarin telah lolos inspeksi A hasil uji keselamatan.

Pengembangan pesawat terbang C-919 dimulai pada tahun 2008. Prototipenya diproduksi pada Desember 2011 dan selesai pada 2 November 2015. C-919 melakukan penerbangan perdananya pada 5 Mei 2017 dan mendapatkan sertifikat kelaikan udara pada 29 September 2022. Pada acara Singapore Airshow tanggal 20-25 Februari 2024 lalu, C-919 tampil di publik dan membuat 2 raksasa industri pesawat terbang Boeing dan Airbus ‘deg degan’. Betapa tidak, penjualan C-919 akan mengganggu market pesawat terbang narrow body yg selama ini dimonopoli 2 perusahaan Amerika dan Perancis tersebut. Berhasilnya China membuat pesawat terbang sendiri sebetulnya tidak aneh. Mereka sudah membuat pesawat luar angkasa Shenzhou (diperkenalkan tahun 1999) yang lebih dahulu selesai bahkan sudah bisa terbang ke bulan dan kembali lagi ke bumi setelah 6 bulan berada di sana. Saya ‘terbang’ ke 29 tahun yg lalu saat masih menggeluti dunia kedirgantaraan.

Kita pernah jauh mengungguli China dalam industri pesawat terbang. Kita pernah punya N-250, pesawat terbang hasil karya anak bangsa yg dimulai pada tahun 1989, mulai dibuat pada tahun 1992 dan terbang perdana pada 10 Agustus 1995. Tidak usah ditanyakan kenapa tidak lanjut. Tahu sama tahu saja. Padahal, seandainya dilanjutkan, kita tidak punya kompetitor (pada saat itu). N-250 itu pesawat paling canggih di kelasnya yg pertama kali menggunakan teknologi ‘fly by wire’. Sekarang di kelasnya N-250 sudah ada ATR-72 yg malah dipakai oleh Citilink dan LionAir untuk terbang menyambungkan antar pulau-pulau di Indonesia. Sebelum China berhasil memproduksi C-919, pada 10 November 1995 ‘kita’ sudah memperkenalkan N-2130. Persis satu kelas dengan C-919 ini. Tapi, ya sudahlah juga. Kita rupanya masih lebih senang menjadi konsumen saja ternyata.

Mobil nasional? Kalau membuat pesawat terbang saja bisa, membuat mobil ‘mah atuh’ simple saja. Seiring dengan pembuatan N-250 dan N-2130, kita juga bahkan telah selesai dengan membuat mobil nasional yg diberi nama Maleo pada tahun 1993. Prototipenya sudah dibuat pada tahun 1994. Bahkan, teknologinya bukan saja berbahan bakar bensin dengan mesin 1.200 cc tiga silinder. Bahkan, riset mobil nasional Maleo ini sudah sampai pada bermesin hidrogen. Padahal, BMW saja baru tahun 2024 ini memperkenalkan mobil bertenaga hidrogen dengan iX5 Hydrogen-nya. Indonesia lebih dulu kan? Sayangnya, ya sayangnya… Kini, hanya sebatas tinggal ‘cerita’ saja kepada anak-anak di rumah. Bahwa dulu negara kita pernah menggegerkan dunia dengan ‘tiba-tiba’ bisa memproduksi pesawat terbang sendiri. Dan ayahnya sempat dulu terlibat sebagai tukang bubut, frais/milling dan rivet pada ribs salah satu part dalam struktur sayap/wing pesawat terbang kebanggaan Indonesia: N-250. Ke depan, semoga bisa mulai diseriusi kembali oleh mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish