Alpha News – ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia) mengadakan ATVSI Business Forum 2024 di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta, pada Selasa (30/7/2024). Tema yang diusung kali ini adalah 5G Broadcasting: Challenge & Opportunity.
Wakil Ketua Umum 1 ATVSI, Taufan Eko Nugroho, menjelaskan bahwa tema ini dipilih karena teknologi adalah salah satu aspek paling dinamis dalam industri penyiaran. Oleh karena itu, penting bagi para pemangku kepentingan untuk mulai memperhatikan perkembangan ini.
Forum ini membahas potensi dan tantangan penyiaran berbasis 5G. Selain anggota ATVSI, forum ini juga dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan, termasuk DPR dan Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika).
Taufan berharap melalui ATVSI Business Forum 2024, para pengambil kebijakan dan regulasi seperti DPR, Kementerian Kominfo, KPI, serta pelaksana regulasi di industri penyiaran bisa mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan teknologi penyiaran 5G.
Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid, juga hadir dalam forum tersebut. Menurutnya, 5G broadcasting memiliki potensi untuk menjawab tantangan kompetisi yang dihadapi pelaku industri penyiaran, terutama dari tayangan streaming dengan internet.
Namun, Meutya juga menekankan bahwa tantangan 5G broadcasting sangat luas, dan salah satu kunci utamanya adalah regulasi. Keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini sangat bergantung pada kebijakan regulasi yang ada.
Menurut Meutya, 5G broadcasting menawarkan sejumlah keuntungan, seperti pengalaman pengguna yang lebih interaktif, distribusi konten yang lebih efisien, dan personalisasi konten yang lebih baik.
Uji Coba 5G Masih Berlangsung
Untuk informasi, 5G broadcast adalah standar transmisi one-to-many dalam spesifikasi 3GPP. Teknologi ini memungkinkan penyiaran konten langsung ke banyak perangkat, termasuk perangkat mobile tanpa kartu SIM dan internet.
Meski potensial, teknologi ini masih dalam tahap uji coba. Kolaborasi antara Rohde & Schwarz dan Qualcomm pada MWC 2022 di Barcelona adalah salah satu contohnya.
Terbaru, Xiaomi melakukan uji coba siaran berbasis 5G dalam event Olimpiade Paris 2024 melalui perangkat purwarupa mereka.
“Kendati demikian, 5G broadcasting melengkapi, bukan menggantikan, layanan OTT,” tutur Nils. Uji coba 5G broadcasting terus dilakukan sambil menunggu ekosistem pendukungnya matang.
Kementerian Kominfo merespons positif kehadiran 5G broadcasting. Namun, Direktur Penyiaran Kominfo Geryantika Kurnia menyatakan tidak akan terburu-buru menerapkan teknologi ini di Indonesia.
Selain karena peralihan ke TV digital yang baru saja dilakukan, Kominfo masih menunggu hingga ekosistemnya benar-benar matang.
Kesempatan Baru untuk Demokratisasi Konten
Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, menyoroti peluang demokratisasi konten yang lebih baik dengan penyiaran berbasis 5G. Menurutnya, teknologi ini membuka pintu interaksi dua arah yang lebih luas, berbeda dengan TV analog yang hanya satu arah.
“Demokrasi tidak boleh satu arah. Penyiaran 5G memungkinkan diskusi yang lebih interaktif dan luas,” ujarnya.
Selain itu, teknologi 5G memungkinkan pengembangan konten baru dengan resolusi tinggi dan interaktif. Hal ini memberi kesempatan bagi pelaku industri untuk melibatkan kreator yang dapat menghadirkan konten beragam, berkualitas, dan kreatif.
Meutya juga menekankan pentingnya membangun ekosistem yang mencakup regulasi, teknologi, industri, dan model bisnis. “Kita harus membicarakan ekosistem baru ini,” kata Meutya.
Inovasi Terbaru: Dampak Teknologi 5G pada Penyiaran
Regional Manager Broadcast and Media APAC Rohde & Schwarz, Nils Ahrens, yang juga hadir dalam kesempatan tersebut, menjelaskan bahwa 5G broadcasting adalah metode baru dalam distribusi konten.
Teknologi ini membawa efisiensi lebih baik dibandingkan metode penyiaran sebelumnya. Dengan teknologi ini, konten tidak hanya lebih bervariasi tetapi juga dapat menjangkau lebih banyak perangkat.
Khususnya, konten bisa didistribusikan ke perangkat mobile serta Smart TV, membuka peluang baru dalam industri penyiaran.
Penerapan 5G di Negara-Negara Lain: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Khawatirnya, kita hanya dijadikan uji coba oleh vendor. Oleh karena itu, lebih baik memantau keberhasilan di negara lain terlebih dahulu. Jika sudah terbukti sukses dan diterima, kita bisa siap-siap adopsi,” tuturnya.
Geryantika juga menambahkan bahwa saat ini belum ada rencana adopsi 5G di Tanah Air. Namun, ia tertarik dengan penerapan 5G broadcasting, terutama perangkat uji coba saat Olimpiade Paris 2024.
Perangkat tersebut berasal dari segmen middle-to-low, sehingga diharapkan harganya lebih terjangkau. Pemerintah bisa memberi kesempatan pada masyarakat untuk memilih, seperti peralihan dari 4G ke 5G.
Ia berharap teknologi ini bisa mendukung industri penyiaran di Tanah Air. “Dengan adanya OTT dan media baru, iklan di broadcasting turun. Jika 5G broadcasting berkembang, penonton mungkin kembali seperti dulu,” tutupnya.