You are currently viewing Kala Itu Awan Putih
kala itu awan putih karya alpha author

Kala Itu Awan Putih

Alpha Author karya Alpha Author


Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah yang hijau dan sungai yang mengalir tenang, hiduplah seorang anak perempuan bernama Tyas. Tyas adalah anak yang ceria dan penuh semangat, selalu membawa senyum di wajahnya. Ia tinggal bersama neneknya, Nenek Sari, yang sangat ia sayangi.

Setiap sore, Tyas dan Nenek Sari memiliki kebiasaan untuk duduk di halaman rumah mereka, memandang langit dan mencari bentuk-bentuk awan. “Lihat, Nek! Itu awan berbentuk kucing!” teriak Tyas suatu hari. Nenek Sari hanya tersenyum dan membelai kepala Tyas dengan penuh kasih.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu pagi, Tyas terbangun dan mendapati neneknya terbaring tak bergerak di tempat tidur. Wajah Nenek Sari tampak tenang, seakan-akan sedang tidur. Tyas mengguncang-guncang tubuh neneknya sambil memanggil-manggil, tapi tidak ada jawaban.

Nenek Sari telah tiada.

Duka mendalam menyelimuti hati Tyas. Ia merasa kehilangan yang begitu besar. Hari-hari berlalu, namun rasa sakit itu tak kunjung hilang. Tyas tidak lagi bermain di sawah, tidak lagi berlarian di sepanjang sungai, dan yang paling menyedihkan, Tyas tidak lagi melihat bentuk-bentuk awan bersama Nenek Sari.

Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Tyas duduk sendirian di halaman rumah. Air matanya mengalir tanpa henti. Dalam kesedihannya, ia menatap langit yang perlahan berubah warna menjadi jingga. Tiba-tiba, di antara awan-awan yang bergerak pelan, Tyas melihat sebuah awan putih yang besar.

Awan itu membentuk sesuatu yang sangat familiar bagi Tyas. Awan itu berbentuk seperti wajah Nenek Sari yang tersenyum. Tyas menatap awan itu dengan mata terbelalak. Ia merasakan kehadiran neneknya, seolah-olah Nenek Sari sedang berada di sana, melihatnya dan tersenyum padanya.

“Tyas, jangan sedih lagi, sayang. Nenek selalu ada di sini, di hati kamu,” Tyas mendengar suara lembut Nenek Sari berbisik di telinganya.

Dengan air mata yang masih mengalir, Tyas tersenyum. Ia merasa sedikit lega, seakan-akan beban berat di hatinya perlahan-lahan terangkat. Meskipun Nenek Sari tidak lagi bersamanya secara fisik, Tyas tahu bahwa neneknya akan selalu ada di dalam hatinya, menyaksikan setiap langkahnya dari atas sana.

Sejak hari itu, setiap kali Tyas merasa sedih atau rindu, ia akan menatap langit dan mencari awan putih yang menyerupai neneknya. Awan putih itu menjadi pengingat bahwa cinta dan kenangan tidak akan pernah benar-benar hilang. Mereka akan selalu ada, di dalam hati, selama kita tetap mengingatnya.


Tyas terus tumbuh dewasa, dengan kenangan akan Nenek Sari yang selalu menyertai langkahnya. Setiap kali ia melihat awan putih di langit, ia tersenyum dan berbisik, “Aku merindukanmu, Nek.” Dan di hatinya, ia tahu bahwa Nenek Sari juga merindukannya.

Leave a Reply